HARMONI KACAMATA STOISISME

 


Harmoni umumnya berarti selaras, serasi, sesuai atau sejalan. Dimana apa yang kita pikirkan dan kita lakukan selaras dengan kebenaran, serasi dengan orang lain, sesuai dengan keadaan dan sejalan dengan apa yang kita maksud. Harmoni ada apabila saling sadar diantara manusia, sehingga menjadikannya selaras, sesuai dan sejalan bagi dirinya serta orang lain. Namun, apabila kesadaran tersebut kurang tajam, maka akan mengancam bagi manusia itu sendiri. Dikarenakan manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang ada dimuka bumi ini, keberadaanya selalu terkait dengan makhluk lainnya dan setiap makhluk memiliki ambisi dan tujuannya masing-masing. Maka dari itu, manusia dituntut untuk mengesampingkan egonya dan dituntut untuk menyelaraskan dengan manusia lainnya agar harmoni dengan semuanya.

Banyak cara untuk menjadi harmoni dan salah satunya adalah cara dari stoisisme. Stoisisme merupakan aliran filsafat Yunani kuno yang didirikan oleh Zeno dari Kition (133-266 SM). Inti dasar aliran stoisisme adalah bahwa manusia yang bahagia adalah manusia yang sepenuhnya menyesuaikan diri dengan hukum kodrat. Maksud dari sesuai disini yaitu harmoni, yang mana menurut kaum stoa harmoni adalah sesuatu yang proporsional, takaran yang pas, tidak kurang atau lebih dan mudahnya adalah sesuai untuk kita dan orang lain. Ada 3 bagian harmoni yang dijelaskan oleh kaum stoa, yaitu: harmoni dengan alam, akal, dan tuhan. Pertama harmoni dengan alam yang mana kita tidak berlebih-lebihan dalam mengeksploitasi alam yang ada, memakai seperlunya, dan menjaga selebihnya. Ketika alam bisa kita jaga dengan baik, kita rawat dan kita sayangi, maka akan selalu ada timbal baliknya, sehingga hubungan antara manusia dan alam menjadi harmoni selalu. Kedua harmoni dengan akal yang mana kita harus bisa mengatur pikiran, mengolah rasa sehingga harmoni dan kebaikan akan selalu menyertai. Manakala kita tidak bisa mengontrol pikiran dan rasa, maka kehidupan akan tidak seimbang dan akan selalu ada kesalahan-kesalahan dibuatnya. Dari ketidak seimbangan tadi maka jangan harap tercipta harmoni, karena harmoni ada dari keseimbangan yang tidak berat pada satu titik. Ketiga harmoni dengan tuhan yang mana kita harus bisa menerima dan mengerti apa yang diberikan tuhan dan juga harus selalu bersangka baik padanya. Selama sangka kita baik kepada tuhan, maka apapun yang diberikan pasti bisa kita terima dan kita mengerti. Dengan mampu menerima dan mengerti terhadap apapun yang diberi tuhan, maka hubungan baik akan selalu terjalin dan menjadi harmoni pada kehidupan. Ada sedikit tambahan harmoni menurut kaum stoa yaitu, harmoni pada apa saja yang jangkauannya dekat dengan kita dan mendoakan yang jauh.

Inti dari harmoni yang dijelaskan oleh kaum stoa adalah mengajak kita agar selalu melakukan kebaikan, baik kepada diri sendiri (akal), alam, tuhan, dan yang lainnya, karena harmoni ada jika kebaikan jadi dasar utamanya. Dari kebaikan-kebaikan yang menjadi harmoni akan melahirkan jiwa yang tenang dan damai. Harmoni yang diwujudkan seutuhnya maka kenyamanan hidup akan dirasa, kebahagian akan didapatnya.

 



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGHARI RAYAKAN DIRI

Belajar Hidup Dari Zoroaster