Belajar Hidup Dari Zoroaster


Zarathustra atau dikenal dengan Zoroaster merupakan seorang Nabi dari Persia. Ia merupakan pendiri dari ajaran Zoroastrianisme yang banyak dianut oleh bangsa Persia dan juga ia sebagai imam pengajarnya. Zarathustra diperkirakan lahir di tempat yang sekarang adalah Iran timur laut atau Afghanistan barat daya. Tidak terlalu jelas kapan tepatnya Zarathurstra hidup, beberapa cendekiawan percaya bahwa ia berada sezaman dengan Cyrus Agung, raja Kekaisaran Persia pada abad ke-6 SM. Meskipun sebagian besar bukti linguistik dan arkeologis menunjukkan tanggal yang lebih awal, yakni sekitar antara 1500 dan 1200 SM. Zarathustra juga disebut sebagai guru daripada seorang filsuf ahli matematika yaitu Phytagoras.

            Zarathustra mengajarkan kepada kaum Zoroastrian agar hanya menyembah Tuhan yang satu (monoteisme) dan sampai sekarang mereka dikenal sebagai agama pertama yang hanya mempunyai satu Tuhan. Zoroaster juga dikenal sebagai agama tertua di dunia dan agama yang tidak bisa dimusnahkan, sebab dibeberapa kesempatan mereka ingin dimusnahkan, namun tetap ada hingga sekarang. Ada satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Zoroaster sering disamakan dengan Majusi, namun hal tersebut keliru. Majusi adalah salah satu agama Pagan yang diberontak oleh Zarathustra dan kehadirannya ada sebelum datangnya ajaran Zoroastrianisme.

            Dewasa ini banyak sekali kesalah pahaman mengenai ajaran dari Zoroaster. Salah satunya adalah identiknya dengan menyembah api. Padahal api hanyalah simbolisme dari kaum Zoroastrian untuk beribadah kepada Tuhannya, sama saja seperti agama-agama lain yang ritual ibadahnya banyak menggunakan simbolisme-simbolisme. Sejatinya kaum Zoroastrian memiliki Tuhan yang bernama Ahura Mazda dan dapat disimbolkan dengan api. Penyimbolan tersebut sebagai representasi dari pancaran cahaya ketuhanan. Ada beberapa penafsiran menurut kaum Zoroastrian dari penyembahan mereka kepada api, diantaranya adalah sebagai cara meditasi untuk menenangkan pikiran, selanjutnya sebagai pengajaran untuk memfokuskan diri ke arah Tuhannya, lalu sebagai simbolisme sesembahan kepada Tuhan, sebab api akan membakar semua yang telah ia telan lalu menjadi asap dan mengangkatnya ke atas, dan sebagai simbolisme kesucian, sebab api mampu mensucikan apapun yang disentuhnya dan ia sendiri tidak terkotori jika menyentuhnya dan juga tida ada unsur apapun yag sanggup mengotorinya.

                Sebetulnya banyak sekali hal positif atau ajaran hidup yang bisa kita ambil dari Zoroaster. Baik mengenai diri, sosial, kehidupan, kematian, alam semesta, kebahagiaan, dll. Ajaran-ajaran tersebut sangat relevan dengan keadaan kita sekarang, dimana banyak sekali kejadian-kejadian yang membuat mental breakdown atau ketidakbisaan dalam menerima peristiwa yang terjadi. Disini ajaran Zoroaster ada sebagai bahan refleksi bagi kita baik sebagai pengingat hidup atau sebagai healing mentalism bagi kita semua. Dibawah ini akan sedikit menjelaskan beberapa ajaran atau nasihat dari Zoroaster kepada kaumnya yang kita juga bisa mengambil pelajaran serta hikmah didalamnya:

1.      Mengenai Diri

Beberapa pesan dari Zoroaster mengenai diri adalah agar kita sebagai manusia menjaga kehormatan diri. Dimana kehormatan tersebut merupakan sesuatu yang sangat berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun dan tidak bisa ditukar atau diperjual belikan dengan mudah. Menurut Zoroaster lebih baik mati menjaga kehormatan diri daripada hidup penuh rasa malu. Kehormatan diri merupakan suatu hal yang berharga, ia merupakan pemberian Tuhan kepada setiap hamba-hambanya, yang membuat kita wajib menjaga dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh kita sendiri atau diluar dari diri. Ajaran lainnya adalah mengenai kemandirian dalam berpikir, Zoroaster mengajak kita agar berpikir melalui diri sendiri dan jangan melalui orang lain. Artinya kita jangan mudah menerima doktrin dari orang lain tapi berpikirlah mandiri mengenai berbagai hal. Dewasa ini kita dengan mudahnya menerima bermacam ajaran, namun malas untuk membedah serta mencari tahu kebenaran dengan sendirinya. Oleh sebab itu kita mudah sekali diperdaya karena terlalu mudah menerima serta mengikuti sesuatu daripada berpikir serta berusaha sendiri.

2.      Sosial

Mengenai hal sosial Zoroaster mengajarkan agar kita bisa mengenali manifestasi Ketuhanan dalam setiap diri manusia, dimana dengan mengenalinya kita bisa selalu berbuat baik serta saling menyayangi antar sesama. Dengan mengenalinya pula maka tidak ada rasa benci yang muncul, sebab menurut Zoroaster ketika kita benci dengan ciptaan maka sama saja kita benci dengan yang menciptakannya. Ajaran lainnya adalah dimana kita harus bersama-sama dalam membuat perubahan pada hal-hal kebaikan.

3.      Kehidupan

Bagi Zoroaster setiap kehidupan, serta apa saja yang diciptakan oleh Ahura Mazda akan selalu memiliki pasangan dan selalu berlawanan, sebab dengan saling berpasangan akan tercipta suatu keseimbangan di alam dunia dan bisa saling bantu membantu dalam mencapai tujuan tertentu. Zoroaster juga mengatakan bahwa setiap manusia yang diciptakan Ahura Mazda sudah sesuai/ sebaik-baik wujud. Ahura Mazda juga memberikan rasa mau (nafsu) dalam setiap manusia ciptaannya agar bisa memilih sesuatu yang buruk atau baik. Sejatinya apapun yang ada pada diri kita merupakan pemberian dari Ahura Mazda, kita wajib mensyukuri setiap pemberiannya dan menjaga dengan baik pemberian tersebut, sebab Ahura Mazda hanya mendambakan 2 hal dari anak manusia, yaitu jangan sesekali berdosa dan bersyukur atas segala pemberiannya. Dosa disini adalah ketika pikiran yang tidak murni, perilaku yang tidak bersih, dan kata-kata kotor yang berasal dari nafsu yang tidak terkontrol. Walaupun nantinya apapun dosa yang kita lakukan jangan pernah menghakimi orang lain dan selalu instropeksi kepada diri sendiri.

Zoroaster juga mengajarkan dalam hidup untuk selalu berdoa, karena doa merupakan salah satu jalan menuju surga dan jalan jiwa naik ke langit lewat kendaraan kata-kata. Doa juga dianggap sebagai cara mendekatkan diri dengan Tuhan, karena dengan doa seakan-akan kita berkomunikasi dengannya. Doa juga merupakan sesuatu yang bersifat agung serta cara meditasi untuk mencapai pencerahan spiritual.

4.      Kematian

Zoroaster berpendapat bahwa kematian adalah proses kehidupan masa kini dan awal dari kehidupan masa mendatang, dimana kehidupan sekarang merupakan tahap perjalanan suci ke kehidupan yang lebih tinggi (akhirat). Kematian juga tidak bisa dihindari entah kemanapun kita lari darinya, sebab tidak ada manusia yang musnah sebelum waktunya tiba dan tidak ada yang bisa menghindari serta menyelamatkanmu dari kematian jika waktunya sudah sampai. Maka dari itu, hiduplah seakan-akan hari ini hari terakhirmu, siapkan diri darinya agar kita dapat menemuinya dengan wajah tenang dan bibir tersenyum.

5.      Alam Semesta

Alam semesta merupakan tempat tinggal kita sebagai manusia. Zoroaster berpesan bahwasanya jangan sampai kita dibutakan oleh permainan alam semesta yang selalu memberi kenikmatan walaupun sejatinya rusak. Belajarlah mengenai alam semesta beserta isinya, pahami serta menyatulah dengannya agar kita bisa mengenali siapa diri kita dan bisa mengikuti alur serta ritme yang berjalan didalamnya.

6.      Kebahagiaan

Kebahagiaan merupakan tujuan yang diimpi-impikan oleh setiap manusia serta makhluk hidup. Banyak sekali cara untuk mendapatkannya, namun banyak juga yang terhenti ditengah jalan sebelum mendapatkannya. Bagi Zoroaster kebahagiaan bisa didapat dengan hidup secara sederhana, hidup yang simple yang tidak merumitkan suatu perkara, tidak banyak konsep dan hidup normal apa adanya. Sumber kesederhanaan yang paling utama adalah pola pikir yang ada pada diri kita sendiri, dimana ia menjadi kemudi bagi diri untuk mengatur serta memberi perintah agar tidak menyulitkan kehidupan yang kita jalani. Kebahagiaan juga hadir dari keharmonisan (selaras) antara manusia dan lingkungannya. Maka dari dapat disimpulkan bahwa orang yang paling bahagia adalah ia yang selalu membahagiakan seluruh makhluk dan orang lain.

Dari beberapa ajaran serta nasihat yang diberikan oleh Zoroaster tadi kiranya bisa menjadi bahan refleksi bagi diri kita. Sejatinya jangan takut untuk mengambil pelajaran dari siapa saja walaupun berbeda kepercayaan, pepatah berkata “Jangan lihat siapa yang berkata, tapi lihat apa yang dikatakan”. Selama yang diajarkan kebaikan serta luhur bagi kehidupan, maka jangan takut untuk mempelajarinya, juga jangan mudah menghakimi ajaran siapapun nantinya dan jangan terlalu terjebak pada zona nyaman diri, eksplorasilah segala yang ada didunia ini, pelajarilah tanpa harus mempercayai, hidup ini singkat dan berilah warna-warna indah didalamnya.

Dari Zoroaster yang bijak serta baik kita belajar bahwa, jadilah manusia yang seimbang pada diri serta alam, berpikirlah dengan jernih, hindari segala keburukan, terima segala pemberian dan mencintalah pada semua yang ada agar hidup kita selalu dalam keindahan serta penuh makna-makna kebaikan. Semua ajaran yang ada demi mencapai tahapan tertinggi kehidupan yang suci lagi abadi.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGHARI RAYAKAN DIRI

HARMONI KACAMATA STOISISME